makalahtentang.com -Seperti bintang-bintang
Hilang ditelan malam
Bagai harus melangkah
Tanpa kutahu arah
Hilang ditelan malam
Bagai harus melangkah
Tanpa kutahu arah
Aku duduk di beranda taman itu, menunggu senja menjemput. Menunggu sesosok lelaki yang aku harapkan. Lelaki yang akhir-akhir ini sedikit menjaga jarak dariku. Aku bingung, kenapa dia seperti itu? Apa aku ada salah dengannya? Hingga ia menjaga jarak dariku? Aku tak tau.
Aku masih terduduk disana menatap langit yang sudah senja, dan mulai berganti bintang-bintang. Kau masih belum datang? Ataukah kamu tak ingat, ini anniversary kita? Tiba-tiba aku merasakan dekapan yang mendekap kedua bola mataku. Apa ini dia?
“Ini siapa?” Tangan itu, mulai merenggang dan melepaskan mataku. Perlahan, aku membuka kelopak mata dan kutatap sosok itu. Sosok yang amat ku harapkan untuk datang. Fahmi Ammar.
“Fahmi?” Fahmi mengangguk tangannya terulur di hadapanku. Tangan itu menggenggam erat telapak tanganku. Membawaku pergi dari tempat itu. Ia membukakan pintu mobil untukku. Ia duduk di sampingku. Terasa hangat dan begitu hangat. “Kita mau kemana?” Ia menolehkan wajah coolnya ke hadapanku. Aku bisa menatap mata elang yang indah itu.
“Kamu lupa atau pura-pura lupa? Ini Anniversary kita yang ke 3 kan?”
“Iya. Aku juga tau. Tapi kan,” Aku menundukkan wajahku menatap lantai mobil itu. “Tapi, kan akhir-akhir ini kamu jauh sama aku.” Satu tetes air mata, terjatuh dari pelupuk mataku. Dan Fahmi menghentikan laju mobilnya. Mengusap air mataku dan mendongakkan kepalaku.
“Maaf, aku sedang sibuk dengan proyek yang sedang aku kerjakan.”
“Ya sudah. Aku ngerti kok. Pekerjaan lebih penting buat masa depan kamu.” Rasanya begitu sakit untuk melontarkan kata-kata itu di hadapannya. Aku ingin marah padanya tapi semua itu tak bisa. Karena rasa cinta ini bisa mengalahkan segalanya.
“Baguslah kalau kamu tau itu. Sebagai gantinya aku akan mengajakmu ke sebuah tempat.”
“Kemana?”
Fahmi tak menjawab. Ia mengegas mobilnya kembali sedangkan aku hanya menatap jalanan yang ada di sekelilingku. Tak beberapa lama kemudian, Ia menghentikan laju mobilnya di sebuah tempat yang banyak kelap kelip cahaya lampu di sekitarnya.
“Pasar malem Mi?”
“Hmm.. suka gak? Aku beliin harum manis dulu ya! kamu disini aja.” Aku hanya mengannguk. Kemudian duduk di kursi dekat penjual batagor. Fahmi melangkahkan kakinya menuju penjual harum manis itu. Ia membeli 1 harum manis kemudian berbalik ke arahku.
“Ini buat kamu, Rin!”
“Thanks.”
—
Malam ini aku merasakan kebahagiaan itu datang kembali. Terima kasih tuhan. Fahmi mengajakku ke suatu tempat lagi. Yang aku pun belum tahu. Angin malam itu membelai rambutku yang tergerai. Aku mulai merasa hawa dingin itu merasuk tubuh. Fahmi melepas jaket yang membaluti tubuhnya.
“Pakai ini. Sebentar lagi kita sampai.” Aku hanya mengangguk dan memakai jaket itu. Tak beberapa lama kemudian, Mobil Fahmi berhenti di sebuah cafe tempat pertama aku dan dia bertemu. Aku dan Fahmi masuk ke dalam cafe itu. Duduk di bangku yang sama seperti dahulu. Memutar kenangan yang begitu indah 3 tahun yang lalu.
“Kenapa kita kesini lagi?”
“Aku ingin berbicara sesuatu sama kamu.”
“Tentang apa?” Fahmi menggenggam jemariku. Menatapku penuh arti. Sebenarnnya apa yang akan terjadi?
“Aku harus pergi.”
Saat terindah saat bersamamu
Begitu lelapnya aku pun terbuai
Sebenarnya aku tlah berharap
Ku kan memiliki dirimu selamanya
Begitu lelapnya aku pun terbuai
Sebenarnya aku tlah berharap
Ku kan memiliki dirimu selamanya
Kenapa dia berkata seperti itu? Kenapa dia harus pergi sekarang? Di tengah Anniversarry kita yang ke-3? Kini aku benar-benar memuntahkan seluruh air mata yang sedari tadi sudah aku tahan.
Segenap hatiku luluh lantah
Mengiringi dukaku yang kehilangan dirimu
Sungguh ku tak mampu tuk meredam
Kepedihan hatiku untuk merelakan kepergianmu
Mengiringi dukaku yang kehilangan dirimu
Sungguh ku tak mampu tuk meredam
Kepedihan hatiku untuk merelakan kepergianmu
Ingin kuyakini cinta takkan berakhir
Namun takdir menuliskan
Kita harus berakhir
Namun takdir menuliskan
Kita harus berakhir
Fahmi mendongakkan kepalaku. Menghapus air mata yang membasahi pipi.
“Jangan menangis. Kita masih bisa menjalani hubungan ini.”
“Dengan jarak dan waktu yang memisahkan kita?” Fahmi mengangguk sedangkan aku? Aku hanya menahan kepedihan di dalam hati. Merelakan kepergianmu.
“Tapi, itu sangatlah sulit Mi.”
“I’m sure we can be strong to live this long distance relationship.”
—
Lepaskan aku dari
Derita tak bertepi
Saat kau tak disini
Seperti dedaunan
Derita tak bertepi
Saat kau tak disini
Seperti dedaunan
Berjatuhan di taman
Bagaikan debur ombak
Mampu pecahkan karang
Bagaikan debur ombak
Mampu pecahkan karang
Lepaskan aku dari
Derita tak berakhir
Saat kau tak ada disini
Derita tak berakhir
Saat kau tak ada disini
Hembusan angin pagi hari ini mengawali semuanya. Mengawali hubungan Long Distance Relationshipku dengan Fahmi. Entah nanti aku akan kuat atau tidak dengan hubungan ini. Aku mengendarai sepeda motorku yang sudah lama tak terpakai untuk berangkat kuliah. Tak beberapa lama kemudian, aku sudah sampai di depan kampusku. Aku langsung di sambut oleh sahabat-sahabat yang selalu ada di sampingku.
“Kamu gak bareng sama Fahmi?” Tanya Rio salah satu sahabatku.
“Tidak.”
“Kalian ada masalah?” Aku hanya menggeleng.
“Arina, please cerita sama kita.” pinta Alyssa. Aku duduk di kursi depan kelas kedokteran.
“Kita sekarang pisah.”
“Maksudnya? Kalian putus?”
“Tidak. Ia sekarang harus bekerja di luar pulau Jawa.” Alyssa menepuk pungggungku. “Kamu yang sabar ya! aku yakin kalian pasti bisa menjalani ini semua.”
Aku memeluk tubuh Alyssa. “Thanks. Kalian memang sahabat-sahabat terbaikku.” Aku, Alyssa, dan Rio berjalan menyusuri koridor menuju kelas kami di fakultas designer. Sebelum sempat sampai sana, Aku merasakan getaran yang berasal dari dalam tas. Aku mengambil handphoneku. Melihat nama yang tertera disana. Senyum bibirku mengembang. Aku berjalan menjauh dari Rio dan Alyssa.
“Halo. Mi.”
“Hai, Rin. Baru sampe kampus ya?”
“Hmmm, Kamu udah sampe disana?”
“Ini baru sampai.”
“Sukses ya disana. Jangan pernah lupain aku.”
“Pasti. Aku akan sering-sering hubungi kamu baik lewat telepon, sms, atau Sosmed.”
“Thanks. Sudah dulu ya! aku udah mau ada kelas. Kamu jangan lupa istirahat. Jaga kondisi jangan sampai maag akutmu itu kambuh.”
“Iya. Love you”
“Love, you too”
Aku menutup ponselku dan berbalik ke arah Alyssa dan Rio.
“Pasti, Fahmi yang menelepon?” tanya Rio. Aku hanya mengangguk. “Aku yakin kalian berdua pasti bisa menjalani hubungan ini.”
—
Malam ini, aku terduduk di balkon kamarku. Menatap langit bertabur bintang-bintang. Menghitung setiap bintang-bintang yang ada. Menatap layar ponsel yang hampa.
TING
Ponselku berbunyi dan layarnya menyala terang tanda ada pemberitahuan dari sosial media. Sosial media Line. Aku langsung membuka pemberitahuan itu. Dan pemberitahuan itu membuatku mengembangkan senyum.
Fahmi Ammar
Miss you :’)
Miss you :’)
Arina Sabilla
Miss you too.
Miss you too.
Fahmi Ammar
Belum tidur?
Belum tidur?
Arina Sabilla
Belum kamu?
Belum kamu?
Fahmi Ammar
Belum juga. Aku kangen suaramu. Gimana kalau kita nyanyi duet?
Belum juga. Aku kangen suaramu. Gimana kalau kita nyanyi duet?
Arina Sabilla
Boleh. Tapi lagu apa?
Boleh. Tapi lagu apa?
Fahmi Ammar
The Story Of Us- Taylor Swift. Ok?
The Story Of Us- Taylor Swift. Ok?
Arina Sabilla.
I used to think one day we’d tell the story of us,
How we met and the sparks flew instantly,
People would say they’re the lucky ones.
I used to know my place was a spot next to you,
Now I’m searching the room for an empty seat,
‘Cause lately I don’t even know what page you’re on.
How we met and the sparks flew instantly,
People would say they’re the lucky ones.
I used to know my place was a spot next to you,
Now I’m searching the room for an empty seat,
‘Cause lately I don’t even know what page you’re on.
Oh, a simple complication,
Miscommunications lead to fall-out.
So many things that I wished you knew,
So many walls that I can’t break through.
Miscommunications lead to fall-out.
So many things that I wished you knew,
So many walls that I can’t break through.
Fahmi Ammar
Now I’m standing alone in a crowded room and we’re not speaking,
And I’m dying to know is it killing you like it’s killing me, yeah?
I don’t know what to say, since the twist of fate when it all broke down,
And the story of us looks a lot like a tragedy now.
Next chapter.
Now I’m standing alone in a crowded room and we’re not speaking,
And I’m dying to know is it killing you like it’s killing me, yeah?
I don’t know what to say, since the twist of fate when it all broke down,
And the story of us looks a lot like a tragedy now.
Next chapter.
How’d we end up this way?
See me nervously pulling at my clothes and trying to look busy,
And you’re doing your best to avoid me.
I started to think one day I’d tell the story of us,
How I was losing my mind when I saw you here,
But you held your pride like you should’ve held me.
See me nervously pulling at my clothes and trying to look busy,
And you’re doing your best to avoid me.
I started to think one day I’d tell the story of us,
How I was losing my mind when I saw you here,
But you held your pride like you should’ve held me.
Oh, I’m scared to see the ending,
Why are we pretending this is nothing?
I’d tell you I miss you but I don’t know how,
I’ve never heard silence quite this loud.
Why are we pretending this is nothing?
I’d tell you I miss you but I don’t know how,
I’ve never heard silence quite this loud.
Arina Sabilla
Now I’m standing alone in a crowded room and we’re not speaking,
And I’m dying to know is it killing you like it’s killing me, yeah?
I don’t know what to say, since the twist of fate when it all broke down,
And the story of us looks a lot like a tragedy now.
Now I’m standing alone in a crowded room and we’re not speaking,
And I’m dying to know is it killing you like it’s killing me, yeah?
I don’t know what to say, since the twist of fate when it all broke down,
And the story of us looks a lot like a tragedy now.
This is looking like a contest,
Of who can act like the careless,
But I liked it better when you were on my side.
The battle’s in your hands now,
But I would lay my armor down
If you said you’d rather love than fight.
So many things that you wished I knew,
But the story of us might be ending soon.
Of who can act like the careless,
But I liked it better when you were on my side.
The battle’s in your hands now,
But I would lay my armor down
If you said you’d rather love than fight.
So many things that you wished I knew,
But the story of us might be ending soon.
Fahmi Ammar
Now I’m standing alone in a crowded room and we’re not speaking,
And I’m dying to know is it killing you like it’s killing me, yeah?
I don’t know what to say, since the twist of fate when it all broke down,
And the story of us looks a lot like a tragedy now, now, now.
And we’re not speaking,
And I’m dying to know is it killing you like it’s killing me, yeah?
I don’t know what to say, since the twist of fate ’cause we’re going down,
And the story of us looks a lot like a tragedy now.
The end.
Now I’m standing alone in a crowded room and we’re not speaking,
And I’m dying to know is it killing you like it’s killing me, yeah?
I don’t know what to say, since the twist of fate when it all broke down,
And the story of us looks a lot like a tragedy now, now, now.
And we’re not speaking,
And I’m dying to know is it killing you like it’s killing me, yeah?
I don’t know what to say, since the twist of fate ’cause we’re going down,
And the story of us looks a lot like a tragedy now.
The end.
Arina Sabilla
This Beautiful song! :)
This Beautiful song! :)
Fahmi Ammar
Yes this is. Udah malem nih. Good night! Have a nice dream :)
Yes this is. Udah malem nih. Good night! Have a nice dream :)
Arina Sabilla
Have a nice dream too.
Have a nice dream too.
OFF
Aku menutup ponselku. Kemudian menutup pintu balkon kamar. Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang dan menelungkup di balik selimut yang tebal.
“Good night Fahmi. Have a nice dream. Semoga hubungan kita akan berjalan sebahagia ini.”
—
Saat kau tak ada
Atau kau tak disini
Terpenjara sepi
Kunikmati sendiri
Tak terhitung waktu
Tuk melupakanmu
Aku tak pernah bisa
Atau kau tak disini
Terpenjara sepi
Kunikmati sendiri
Tak terhitung waktu
Tuk melupakanmu
Aku tak pernah bisa
2 tahun telah berlalu, kini aku telah selesai kuliah tinggal menunggu wisuda. Dan selama itu pula aku menjalani hubungan long distance relationship dengan Fahmi. Tak pernah melihat wajah Fahmi secara langsung selama itu. Sebenarnya aku merasa tersiksa. Tapi mau bagaimana lagi? Demi cinta ini aku mau menjalankannya. Ditambah lagi akhir-akhir ini Fahmi tak pernah menghubungiku.
Iseng-iseng aku ngestalk akun instagram Fahmi. Foto-foto terbaru Fahmi sudah terpampang disana. Pemandangan, suasana desa, dan Apa ini? Foto Cakka dengan wanita lain. Memang wanita ini lebih cantik dari pada aku. Tapi, apa memang Fahmi telah melepaskan hubungan denganku?
Aku ingin menangis, aku ingin teriak, aku ingin marah!. Buliran air mataku menetes satu persatu. Tanpa berfikir panjang, aku mengambil koper besarku dan memasukkan beberapa pakaian disana. Menyetop sebuah taxi untuk mengantarkanku ke Bandara.
Beberapa jam aku menaiki pesaawat ini, akhirnya aku sampai di pulau sulawesi. Aku melanjutkan perjalananku menuju taman laut bunaken. Ya, Fahmi bekerja sebagai pelestari keanekaragaman di indonesia. Sesampainya disana? Apa yang aku lihat? Koper yang ku pegang jatuh ke lantai sehingga membuat suara dentuman yang sedikit keras. Air mataku mengalir begitu deras. Aku tak percaya dengan semua ini!
“Arina Sabilla?” Ucap Fahmi sambil menoleh ke arahku. Aku membalikkan tubuhku dan berlari tak tentu arah. Fahmi mengejarku dari belakang. Tangan Fahmi mencengkeram tanganku di ujung dermaga itu. Aku masih tak mau menatapnya.
“Arina Maafkan aku.” Dia hanya minta maaf? Sedangkan aku merasa perih?
“Jadi semua itu benar? Kalau benar buat apa aku menahan penyiksaan hubungan LDR denganmu sedangkan kamu sendiri mencari penggantiku? Apa maksudnya?” Ucapku sembari terisak.
“Maafkan aku telah membuatmu terluka. Beri kesempatan sekali lagi agar aku bisa kembali di sampingmu.”
“Itu tak perlu, Aku sudah terlalu sakit. 2 tahun Kka, bayangkan betapa tersiksanya aku sedangkan sekarang kamu hanya meminta maaf? Lebih baik aku MATI sekarang dari pada harus menahan ini semua dan melanjutkan hubungan kita.”
“Arina! jangan berkata seperti itu” Aku melepaskan cengkraman Fahmi dan berlari ke ujung dermaga itu. Mungkin ini semua harus berakhir. Selamat tinggal semua! Mungkin ketika aku pergi semuanya akan menjadi lebih baik.
BYURRR…
“ARINA!!!”
THE END
Cerpen Karangan: Diana Kusuma Astuti
Facebook: Diana Kusuma Nuradlani
Facebook: Diana Kusuma Nuradlani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar